Senin, 26 Oktober 2009

Karma

Tersudut berlinang diujung kamar berdebu

Berselimut hangat karma yang menyiksa

Tak kuasa berpaling tuk menghindar

Derita terus mendera, menempa, menindih dari segala arah

Tak ingin kusesali

Namun wajar sakit ini meminta sedikit air mata

Hingga hampir kering jelaga rasa pelipur jiwa

Ragaku teguh namun tidak jiwaku

Tuhan semakin sakit saat namaMU terucap

Dari pecah rongga bibir berdarah

Kenapa kau benci aku, berucap pun ku hanya bisa tuk bertanya

Semua bicara tentang Engkau yang penuh asih

Penuh cinta dan kedamaian

Tapi……

Adakah akan asih buatku? Jika Kau cipta bayangpun berkhianat didepanku

Sebatas mana kan kaucoba diriku

Apa hingga udara juga ikut bersekutu tuk membenciku?

Jika memang benar begitu adanya

Kubisa hanya berterima kasih karena kutahu rahasiaMU

Karma ini kan kembali menghiburku

Mungkin nanti…….

Menuju Cahaya

Kuhadapkan hati, jiwa ragaku kehadiratMu

Seraya syukur memuja asmaMu

Mengemis sepucuk padi, mengiba sepancar sinar

Sejuk hati, tentram jiwa, kala damai kian membelai

.

Namun ketika asap hitam kian menebal

Asap keindahan, kepedihan dan kegelapan

Meski ku berdiri tegap, segalanya bertabrakan

.

Ketika segumpal hawa berkobar dalam dada

dipacu segelintir mahluk api hina

Secuil takwa tenggelam diaduk darah yang mengalir dalam

Bagai tiada arti segenggam iman memeluk kalbuku

.

Aku seorang hamba yang tak kenal pahit dunia

Yang kutahu hanyalah sinar yang menyilaukan, menutup mataku

Ya Rabb, beri aku jalan, beri aku tangan

Kugapai bulanMu dalam gelap malam

.

Maret 2009

Written on 02 May 2009 by Wildan Fauzi under Religi with No Comments
Aku tak tau . . .
Ada apa dengan semua ini

Aku tak tau

Mengapa semuanya terjadi pada diriku

Aku tak tau

Apakah semua yang benar-benar kita dambakan harus dilalui seperti ini

Aku tak tau

Mungkinkan semua dibalik kejadian ini akan mendapatkan apa yang aku inginkan

Mudah-mudahan begitu

Oh… Tuhan…

Tunjukkanlah jalan-Mu

Jalan kebahagian yang dirido’I oleh-Mu

Kuatkan lah diriku untuk melalui semua ini

cintaku dipandangan pertama

apakah ada cinta di dalam hatimu..
adakah rasa sayang merasuk jiwamu...?
aku ingin kau tahu..
setiap malam wajahmu merasuk mimpiku.

pertama aku jumpa kamu..
pertama aku lihat wajahmu..
pertama itu pula aku merasakan benih cinta baru
pertama itu pula ku dapat hidup yang baru..

sekarang setelah lama kau pergi...
jiwa dan raga selalu menanti..
tertanam tanya apakah kamu kan kembali,,
kutunggu rinai senyummu di lubuk yang sunyi..

Untumu Ibu

aku rindu padamu..
aku rindu dipelukmu
aku rindu belaian kasih sayangmu

ibu...
ringankan langkahku
lunakkan amarahku
dengan semua restumu.

sekian lama aku pergi jauh
semakin dekat kau di hati
semakin besar aku mengeluh
semakin tabah kau menghadapi

terima kasih ibu....
ananda tak dapat membalas semua itu...
ananda tak sanggup mengembalikan semua itu
semua engkau berikan tanpa ada kata "ini untukku"

ibu...
berbahagialah di masa tuamu
canda tawalah dengan anak cucumu.
kami akan selalu ada untukmu
menjagamu sampai tuhan berkata "berpisahlah"

UKIRAN KEHADIRANMU

Alunan mega menitih kabut hati
Indahnya matamu menyejukkan hati
Berdansa dengan rembulan yang menyinari
Hilangkan dahaga rindu
Tertetesi kesucian air cintamu

Terangnya dunia membutakan purnama hati
Terbagi cahaya mentari yang tak pernah lelah tuk bersinar
Indahnya taman surga relung jiwa
Tumbuhkan bunga rindu yang indah dan wangi
Serupa ketika pertama bertemu tambatan hati
Walau hanya dalam goresan kisah
Entah kenapa …? apa dan mengapa ?

Relung jiwa ini begitu deras berimajinasi
Membentuk sebuah lukisan raut jelita
Memahat sesosok dara lemah gemulai
Engkau kini selalu hadir dalam anganku
Menggoda palung jiwaku …
Hanya itu yang kutahu tentangmu

Ingin rasanya ku bertemu, namun …
Ada batas antara status, ruang dan waktu
Hanya kuminta ketulusan dan belaian kasih sayangmu
Diakhir keberadaanku yang tinggal diujung waktu
Karena ku tahu
Saat aku bersamamu
Sudah cukup, saat dirimu hanya menatapku
Sudah cukup, dirimu tidak menginginkan cintaku
Aku tidak menginginkan ragamu
Aku tidak menginginkan rayuan lembutmu
Aku hanya ingin berada di sampingmu
Aku hanya ingin melihatmu bahagia
Walaupun dengan sisa tetes darahku
Aku memujamu hanya dengan air mata yang kutumpahkan
Aku menjagamu dengan seluruh jiwaku
Aku serahkan hidupku untukmu

Takkan mudah tuk kulepas dirimu
Meski neraka menantang kasih sayangku
Karena tanpa cahaya darimu
Cahaya lilin hidupku takkan menyala

SELAMATKAN ALAM MU

HAI SAHABAT
TIDAKKAH ENGKAU MERASA BERAT
MELIHAT ALAM KIAN SEKARAT?
MELIHAT ALAM KANAN KIRI KAU SIKAT....

HAI PEMUDA....!
MEMNGAPA ENGKAU BEGITU TEGA..
MELIHAT ALAMMU KIAN SENGSARA...!!
KERUSAKAN ALAM KAU SAMBUT DENGAN GEMBIRA.

TIDAKKAH TERBUKA MATA...
MELIHAT ALAM MELANGIS, MERATAP, BERMURAM DURJA,,,!!
TIDAKKAH HATI TERGUGAH.
MELIHAT ALAM MENAGGUNG SAKIT YANG KIAN PARAH...!!

TIDAKKAH CUKUP KITA RASAKAN......
BESARNYA DAMPAK YANG DIAKIBATKAN....

DULU TANGAN KITA YANG MERUSAK
DULU TANGAN KITA YANG MENGOYAK
DULU TANGAN KITA YANG MEMBUAT SEMUA BERSERAK.

SEKARANG...........
MARILAH KITA BERJUANG..
MARILAH KITA BANGKIT DAN BERPERANG..
LAWAN SEMUA TINDAKAN YANG CURANG..
DEMI MASA DEPAN YANG LEBIH CEMERLANG.

BANGKITLAH JIWA PEMUDA...
BANGKITLAH SEMUA ANAK BANGSA.
INDONESIA ADA DI TANGAN KITA
ALAM MENUNGGU PEMBAHARUANNYA.

Jember, 28 Juli 2009

Rutuk

Tak tik tuk
Mata mengantuk
Tangan ditekuk, kepala tertunduk
Hari yang suntuk!
Dan dingin ini juga terkutuk
Membuat gigiku gemeletuk
Lebih baik ku takhluk di dalam peluk
Namun asa tinggal sedikit di dalam ceruk
Sementara batu di taman masih belum juga lapuk

Krasak krusuk!
Ada kucing menggaruk-garuk
Ikan di karung habis dikeruk
Senang ia meliuk-liuk
Membuat aku tak punya lauk

Aarrgghh….!
Berakhir sudah malam dingin penuh kantuk
Berganti dengan adegan aku yang mengamuk
Kucing kuburu dengan tangan berijuk
Dia berlari segala ditubruk
Dan takut, ia bangun kembali terantuk-antuk
Merasa sebagai percundang, dia takhluk
Lalu pergi sekali tanganku bertepuk

Aku tersenyum sebagai penakhluk
Habis daya, lapar terasa, kuambil panekuk
Sambil makan aku duduk
Lalu kembali larut dalam angan tak berbentuk
Kalau saja aku benar sang penakhluk,
Pasti kini ku tak sendiri dan terpuruk
Dan batu-batu itu,
Batu-batu yang terkumpul di taman,
Belum juga lapuk habis kurutuk.

LANGKAHKU

SEKIAN LAMA PERJALANAN YANG AKU LALUI.
SEKIAN JAUH JALAN YANG TELAH AKU TEMPUH.
SEKIAN BANYAK SEMBILU MENYAYAT HATI
SEMUA ITU KUJADIKAN SEBAGAI IMAN PENEGUH.

KUTATAP LANGIT DI GELAP MALAM.
BINTANG BERSINAR TERANG BERTEBAR.
KULALUI JALAN BEGITU KELAM.
KU COBA TEMPUH DENGAN PENUH SABAR.

BULAN TERANG BULAN PURNAMA
PUNGGUK BERTENGGER MENCARI MANGSA
KU COBA LANGKAH KAKI PERTAMA
HARAP HIDUP TIDAK SIA-SIA.

SUNGGUH INDAH SI BUNGA MAWAR.
HARUM MEWANGI DITERMA MENTARI.
TERKADANG HIDUP HARUS MENAWAR.
PILIH TERBAIK UNTUK AKHIR MASA NANTI.

TERIMA KASIH MAMA

Mama…..
Hamper selesai perjuangan anakmu…
Hamper selesai perjalaman anakmu
Berkat do’a dan dukunganmu
Berkat harpan dan cita – citaku

Ma……….
Selangkah ananda kan lebih maju
Membawa keluarga ke garis yang hijau

Tak kan pupus harapan di hati
Tuk menggapai masa depan menanti
Berdo’a hati lisan mengAmini
Tuk tercapai cita – cita di hati

Mama….
Peluh kesah engkau telah berjuang
Demi anakmu di rantau orang
Nanda berjanji kan terus berjuang
Harapan di hati bunda senyum dengan senang

Ma……
Nanda berjanji tuk jadi anak yang berbakti
Kepada mama,,,, nusa, bangsa dan ibu pertiwi

Terima kasih mama………..






Cianjur, April 2009

UNTUK SEMUA TEMAN – TEMAN DAN KELUARGA

Alhamdulillah….
Langkah pertama dalam pendidikan telah saya selesaikan tanpa masalah
Langkah pertama ini pula yang membuat saya berpikir lebih mudah
Hanya menunggu tahap terakhir agar saya selesai
Dapat mengabdi bagi nusa dan bangsa

Terima kasih teman…….
Terima kasih untuk ibuku tersayang
Berkat kalian semua saya dapat menjalani ini semua
Berkat kalian semua saya kan menggapai cita – cita.

Ibuku sayang janganlah menagis lagi.
Ananda harap kita semua kan dapat tertawa
Nanda berjanji…
Kan ananda kembalikan kejayaan keluarga kita.

Walaupun ananda anak bungsu.
Bukan berarti ananda anak yang manja
Walaupun ananda sering mengadu
Itu hanya pelampiasan dari rindu.

Ibuku saying….
Ananda tidak akan mengecewakan keluarga
Kan nanda pertahankan kerja keras bunda dalam membiayai pendidikan ini
Sampai nanda berhasil….. sampai nanda wisuda….

Sembah sujud ananda untuk ibuku tersayang……

dimana kau kini

Bersama awan aku mengungkapkan rasa rinduku
Bersama awan ku awali menulis kata-kata untukmu
Bersama angin hantarkan rasa rinduku
Bersama alam ku tumpahkan hasrat rindu di hatiku

Ingatkah kau padaku
Ingatkah masa-masa kita dulu
Tatkala badan meringkuk kedinginan
Engkau datang dengan penuh kasih sayang

Di mana dikau kini
Mengapa kau tak pernah kembali
Kau pergi tanpa permisi
Tanpa pesan kemana dan kapan kau kembali

Ingatkah kau waktu dulu
Disaat menunggu kereta di hari rabu
Kau berjanji kan selalu untukku
Menemani di setiap hari-hariku

Dimana kau kini
Kemana kau kini

Kutulis syair ini sebagai ungkapan rasa rinduku
Kutulis syair ini sebagai pengingat masa lalu
Untukmu cintaku
Karena kau belahan jiwaku.

YANG TAK TERBERIKAN

Masih seperti hidup berkesan di dalam benakku
Hutan rimba jauh di sana terhias oleh hijau yang abadi beribu-ribu bunga
Kudaki melintas bukit
Berjalan letih menahan menahan berat berbeban

Jika matahari yang kulihat adalah terang
Maka sinarnya belum menerangi seluruh isi ruangku
Silau terhampar
Hilangkan udara segar

Musim hujan segera menuju jurang malam
Lambat laun mengantar siang
Jiwa alam gemulai lunglai
Bara menyala membuang jiwa lajang yang merdeka

Pesanmu berhujanan menghambur bergegas
Cinta tak dapat untuk kau berikan