Jumat, 30 Oktober 2009

LUKA

ada yang singgah selagi kumbangku dicumbu
oleh duka tuk luruh berucap ‘kasih’..
menatap lekat indah dua bola matamu
tak ada dusta yang dapat kueja disana
hanya saja butiran intan berkaca kaca

sedihmu karena luka ku mendua kau anggap biasa
isak dan parau suaramu membahana diseantero dinding telinga
itu juga sudah biasa….
tapi perselingkuhan kali ini, tak dapat kau terima
meski elah kuberikan alasan, “ku cuma teman saja”

bibir diam dan kelu itu hanya jawabmu
tetes lembut airmata pun tak buat aku haru
seperti telah terbiasa…
ini jawaban dariku, atas semua yang tlah kau uat padaku
dulu….

jika setiap kata mesti terbendung
mengapa harus diam?
menunggu redanya kecemasan

sedang angin sore tadi tak tentu arahnya
meliuk, mengubah cuaca
lalu rontoki satu demi satu pucuk dedaunan

jika ada satu dawai kupunya
kan kumainkan siang malam dipelataran cinta
berharap diammu sirna, terhias suka

jika setiap kata mesti terbendung
dan desah nafas kian tersekat
mengapa harus diam?
kita selesaikan kendala ini…
berdua….

Mahligai Kasih

Anak-anakku, Kau bangun mahligai cinta di taman kehidupanmu yang teduh hari ini

Kembang kasih tengah mekar di hatimu Bersemi, Merajut hari-hari, yang telah lama kau titi Kau tengadahkan jiwa dalam lantunan tembang kesyukuran abadi

Tetapi, kutitip pesan untukmu, anak-anakku Taman bathin yang kau sirami dengan cahaya harapan dan keindahan tak kan selalu cerah, meski tak kering berkah

Jika kau tatap jaman di kejauhan engkau tengah berlayar di arung Samudera raya di antara karang, topan dan bulan purnama

Perjalananmu panjang, anakku dan tak miskin rintangan serta godaan Namun, layar telah kau kembangkan Jangan surut dan tertinggal di buritan

Satukan jiwamu, jemput masa depanmu, di tanah kemenangan Abadi dalam keberkahan Tuhan

Oleh: Dr. Susilo Bambang Yudhoyono

Pengibar Bendera


Print E-mail
Ditulis oleh Tanti
Tuesday, 12 August 2008

Sajak ibukota di hamparan jalan raya
mata lelah berkusam wajah
ringkuk ini badan bergumam sejalan

tidak ada gundah tersirat kini
maju jalan mobil orang berdasi
lihat kibaran benderaku ini

merah putih bukan kainku
adalah jiwa adalah raga
sekali-kali jangan kau ubah lain lagi!

biar bukan istana tempatku
biar jalur kereta naunganku
biar nasi bungkus dan tempe bacem

biar yang peduli atau tidak ambil duli
tiada butuh aku dikasihani

getar gemetar tubuhku,
Ah! persetan !
Kibaran ini biar kujalani sampai mati.

Tanti 160708
Thanx to Ibu pengibar bendera di Latuharhari - Menteng,