Minggu, 08 November 2009

Akhir kisah kita


Setelah berkali aku tanyakan ?
Pilih mana ?
Jalan yang bercabang, barat atau kau ke timur

Entah ….
Itu jawabmu sehabis diammu sejenak,
Kau pandangi aku sedalam
Dengan mata samar berkaca, dan raut serasa takut kehilangan

Malam ini,
Engkau gores seperti belati menikam
Kau patahkan lagi,
Semangat yang belum sepulih semula

Maafkan aku, sayank
Aku tak bisa,
Menerima separuh rasamu masih terbagi yang lain

Aku akan membunuh rasaku ini saja
Biar sesulit kusakit sendiri, biar,….!!!

Maafkan aku, perempuanku
Aku akan tinggalkanmu
Hiduplah saja kau denganya

EMPAT PULUH HARI YANG LALU

Empat puluh hari yang lalu masih terdapat senyum di bibirmu
Empat puluh hari yang lalu kau masih tertawa dengan keluargamu
Empat puluh hari yang lalu kau masih merencanakan sesuatu
Empat puluh hari yang lalu bagaikan takkan pernah terjadi sesuatu

Namun empat puluh hari yang lalu Sebelum magrib, setelah ashar
Terjadi bencana yang sangat besar
Kotaku yang indah hancur berkeping-keping
Dengan sekejap mata kotaku tinggal puing-puing

Isak tangis mulai terdengar, hiruk pikuk orang riuh mencari aman
Dengan sekejap hilang senyum di setiap bibir
Dengan sekejap hilang tawa dalam keluarga
Yang terlihat hanya isak tangis dan air mata

Orang tua kehilangan anaknya
Anak kehilangan saudaranya
Suara tolong terdengar dimana-mana

Di kanan kiri mereka menangis tak tahu harus berbuat apa
Di kanan kiri mereka menangis tak tahu minta tolong ke siapa
Aku hanya terpaku menahan pilu dengan mata berkaca

Terdengar suara seorang ibu “ tolong,,, tolong,,, tolong anakku rumahku roboh dia ada didalam”

Suara orang tua itu hamper tak ada yang menghiraukan
Semua orang disibukkan dengan mencari keluarga sendiri

Sedang aku hanya terpaku, kaku dan membisu
Dalam hatiku berkata “nyatakah ini..? atau mimpikah ini..?
Kata-kata itu terus terulang dan tak bisa terucap

Semua itu tidak mimpi, semua itu nyata
Empat puluh hari yang lalu kotaku hancur di hantam gempa.


Pariaman, 8 November 2009