Minggu, 08 November 2009
EMPAT PULUH HARI YANG LALU
Empat puluh hari yang lalu masih terdapat senyum di bibirmu
Empat puluh hari yang lalu kau masih tertawa dengan keluargamu
Empat puluh hari yang lalu kau masih merencanakan sesuatu
Empat puluh hari yang lalu bagaikan takkan pernah terjadi sesuatu
Namun empat puluh hari yang lalu Sebelum magrib, setelah ashar
Terjadi bencana yang sangat besar
Kotaku yang indah hancur berkeping-keping
Dengan sekejap mata kotaku tinggal puing-puing
Isak tangis mulai terdengar, hiruk pikuk orang riuh mencari aman
Dengan sekejap hilang senyum di setiap bibir
Dengan sekejap hilang tawa dalam keluarga
Yang terlihat hanya isak tangis dan air mata
Orang tua kehilangan anaknya
Anak kehilangan saudaranya
Suara tolong terdengar dimana-mana
Di kanan kiri mereka menangis tak tahu harus berbuat apa
Di kanan kiri mereka menangis tak tahu minta tolong ke siapa
Aku hanya terpaku menahan pilu dengan mata berkaca
Terdengar suara seorang ibu “ tolong,,, tolong,,, tolong anakku rumahku roboh dia ada didalam”
Suara orang tua itu hamper tak ada yang menghiraukan
Semua orang disibukkan dengan mencari keluarga sendiri
Sedang aku hanya terpaku, kaku dan membisu
Dalam hatiku berkata “nyatakah ini..? atau mimpikah ini..?
Kata-kata itu terus terulang dan tak bisa terucap
Semua itu tidak mimpi, semua itu nyata
Empat puluh hari yang lalu kotaku hancur di hantam gempa.
Pariaman, 8 November 2009
No Response to "EMPAT PULUH HARI YANG LALU"
Leave A Reply